Special for Baby...

Sunday, May 17, 2009

Anak Menangis Histeris Saat Terbangun dari TIDUR


Assalammu'alaikum...

Dear Ibu Nurul,
Sy mempunyai seorang anak perempuan berumur hampir 2 thn di bulan maret ini. Kalo di lihat dari pertumbuhannya anak sy cukup sehat dan cukup lumayan untuk perkembangannya, karena saat ini anak sy memang dengan istri yg mendapatkan ASI eksklusif dan cukup perhatian dari istri sy selama sy di luar/di ktr. Ada beberapa hal yang ingin sy tanyakan mengenai prilaku anak sy, yang terutama adalah, anak sy selalu menangis histeris saat terbangun dari tidurnya, kadang sampe menjerit, dy akan diam kalo sampe saya atau istri sy menghampiri, hal ini setiap hari terjadi. Yang paling parah 2 bulan terakhir ini, kadang sampe tidak enak sama tetangga.

Kemudian, yang kedua, kebetulan sy juga mempunyai keponakan laki2x yang umur nya lebih tua dari anak sy, saat ini hampir 4 thn. Pertanyaan nya, knp anak saya selalu mengidolakan keponakan sy? padahal dy selalu di sakitin atau diperlakukan tidak baik kalo bermain (dalam arti anak saya terlihat tidak senang), jadi setiap hari pengennya main sama keponakan sy, dan selalu menanyakan keponakan sy atau mengajak bermain ke rumahnya (berdekatan), padahal teman nya yg seumuran itu ada, sampe kita sering ajak bermain kerumah teman sy yg mempunyai anak seumuran dan perempuan juga.

Mohon penjelasannya dan terima kasih atas kesempatannya.

Terima kasih pada bapak yang memberikan perhatian pada tumbuh kembang anaknya. Pak, putri bapak yg selalu menjerit kalau bangun tidur, mungkin dia mimpi buruk. Coba perhatikan sebelum dia tidur (saat main) bagaimana keadaan emosi dia, apakah sedih, senang, dll. Atau ada peristiwa apa sebelumnya?. Anak-anak usia 2 th sedang mengeksplorasi lingkungannya, dan senang meniru hal-hal yang terjadi di lingkungannya & anak akan senang berinteraksi dengan orang lain yang memberi perhatian atau kasih sayang padanya. Biarkan dia bermain dengan siapa saja (yang penting aman & nyaman), agar anak terus mendapat pengalaman dari lingkungannnya. Demikian, semoga bermanfaat.

IBU yg sedang TEGANG...

Selamat siang mbak Nurul..
Saya ibu (32 tahun) mempunyai 2 orang putra. Anak pertama usia 10 tahun, kelas 4 SD, yang kedua 5 tahun TK. Letak permasalahan pada anak pertama, setiap saya belajar pelajaran yang baru dipelajari (dia belum mengerti) saya sering emosi. Dia susah mengerti dan beberapa pelajaran yang agak lama dan berhubungan dengan pelajaran baru sering dilupakan. Terkadang saya merasa frustasi, karena daya upaya saya agar anak dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik sudah semuanya, dari menyediakan sarana buku, berkonsultasi dengan guru disekolah, menemaninya belajar sampai ke internet juga saya sudah berikan. Anak saya ini tidak mandiri, bila dilepas disekolah, harus saya berulang-ulang memberi pesan di sekolah harus melakukan apa, tapi tetap saja ada yang tidak dikerjakan. Padahal saya terbeban sekali dengan tanggungan pelajaran yang harus dia kuasai, jadinya kalau saya mengajari dia tidak memenuhi target yang saya harapkan rasanya tertekan sekali.
Hal ini sangat menekan saya, disatu pihak saya harus menemaninya belajar dan berusaha mengikuti kebutuhan pelajaran sekolahnya. Dilain pihak dia anak yang semuanya harus detail sekali bisa dibilang untuk pelajaran tidak bisa mandiri semua harus dituntun, bagaimana bila ujian nanti. Perlu diketahui mbak..hasil ujian semester I jeblok, jadi saya benar-benar tegang saat ini. Sebagai seorang ibu, dari hati kecil saya tak tega mengerasi dia, tapi kalau belajar sambil lalu, mengertinya juga sambil lalu. Jadi saya dalam mengajar tegas. Adakah bimbingan buat saya sebagai orang tua dalam membimbing anak dalam belajar, saat ini saya tidak tahu harus berbuat apa. Sikap saya dalam menemani anak dalam belajar ya sebatas naluri saya sebagai orang tua. Kalau anak meremehkan belum-belum tanya, tidak mau dibaca dulu atau dipikirkan dulu cara yang sudah saya ajarkan ya... saya marah.
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih banyak ya mbak Nurul. Salam

Terima kasih pertanyaannya.
Saya turut prihatin dengan masalah yg ibu alami, tapi mudah2an sy bisa bantu. Bu, banyak faktor yg menyebabkan anak mengalami permasalahan yang ibu alami. Dari diri anak, guru, orang tua, teman, lingkungan keluarga atau lingkungan sekolah.1) Dari anak misalnya: anak sulit konsentrasi, tidak mampu memusatkan perhatian, saat belajar banyak bergerak (menggangu teman, meninggalkan pelajaran, dll), kesulitan belajar, sulit memahami penjelasan secara verbal, kemunduran mental, gangguan di otak, over load karena terlalu banyak instruksi atau terlalu banyak kegiatan (les, bimbel), dll. Coba dicek ya bu. 2) Faktor guru, misal: manajemen kelas yg kurang, guru cuek, standar pengajaran, mengejar kurikulum, dll. 3) Orang tua: terlalu tinggi tuntutan pada anak, memberi instruksi kurang jelas, selalu dikritik tapi tidak memberi solusi, kurang kasih sayang & penghargaan pada anak, tidak harmonis, dll. Nah, faktor-faktor tadi tolong dicek kembali. Bu, bagaimana sebelum dia kelas 4 SD apakah begitu juga? Bagaimana komentar guru di sekolah tentang putra ibu?Apakah ibu pernah melakukan tes (IQ, kepribadian, dll) untuk putra ibu? Bagaimana hasilnya?. Saran saya: ajak anak bicara dari hati ke hati dalam suasana yang tenang, tanya pada anak apa yang terjadi pada dirinya? apa yang dirasakannya? mengapa demikian? bagaimana dengan temannya yg lain?. Untuk ibu: sediakan waktu yg khusus dalam mengajari anak (tenang, rileks, stamina fit, banyak makan sayur & buah, berpikir positif), lebih realistis terhadap kemampuan anak, menerima anak apa adanya, katakan pada anak apa yang ibu harapkan dari dia dengan bahasa yang dapat dipahami anak, kerja sama dengan suami dalam pengasuhan anak, banyak membaca/diskusi/seminar bagaimana mengajar/mendidik/mengasuh anak. Jika hal-hal di atas telah ibu lakukan & belum membuahkan hasil, silahkan ibu berkonsultasi lebih lanjut dengan psikolog anak/psikolog pendidikan yang ada di kota tempat ibu berdomisili. JIka perlu lakukan tes (IQ, kepribadian) untuk mengetahui akar masalah sesungguhnya yang dialami putra ibu. Demikian saran saya semoga bermanfaat.

Friday, February 20, 2009

Anak agresif dan sensitif


Assalammulaikum wr wb.
saya ingin berkonsultasi mengenai anak saya yang paling besar. Umurnya 4,5 tahun sekarang dia di tk a di salah satu tk dan mengambil program fullday.
anak saya termasuk anak yang agresif sekaligus sensitif. anak saya selalu ingin menonjol dibandingkan teman-temannya dan adik-adiknya, oh ya adiknya kembar baru berusia 1 tahun.
apabila ada yang nggak sesuai dengan keinginannya sikapnya kurang bersahabat alias sering menggunakan ototnya untuk mengekspresikan kekesalannya, sering juga dibarengi dengan nangis.

saya bingung bagaimana harus menghadapinya? Apakah ini bentuk protesnya dia karena saya seorang ibu yang bekerja pergi pagi pulang sore, sedangkan suami saya sedang bertugas di luar. kalau dinasehati pada saat itu sih mau menuruti tetapi mengulangnya pada hari-hari berikutnya. Apakah sekolah fullday berpengaruh terhadap perkembangan anak? Kadang dia nggak mau sekolah atau bilang mau pulang siang seperti temannya yang di reguler.

atas saran dan bantuan ibu saya ucapkan terima kasih.

DOWNLOAD JAWABAN (KLIK INI)

Thursday, February 19, 2009

Anak Pemalu

saya seorang ayah yang mempunyai anak perempuan berumur 8 thn dan Laki-Laki 6 thn, ke 2 anak saya bersekolah di SD, yang menjadi masalah ke 2 anak saya mempunyai sifat pemalu, sehingga dilingkungan rumah kami yang baru (kami baru pindah rumah) sudah ± 5 bulan, ke 2 anak saya belum mempunyai teman, padahal kami sebagai orang tua sudah berusaha mendoronganya untuk bermain keluar.
Bagaimana cara mengatasinya mohon bantuannya.
terima kasih.

Pak, terima kasih perhatian bapak terhadap perkembangan putra-putrinya. Saya mau tanya sama bapak: Bagaimana putra-putri di sekolah, apakah punya teman? Apakah bapak/ibu juga bersosialisasi dengan lingkungan baru? Bagaimana pengasuhan bapak/ibu pada putra-putri? Tanyakan padanya apa yang membuat dia jadi malu? Bagaimana jika mereka berkumpul dengan keluarga besar, apakah pemalu juga? Bapak, coba bantu anak dengan mengajak main ke rumah tetangga (ditemani), lalu beri kesempatan untuk berkunjung sendiri (misal mengantar makanan), sesekali anak tetangga yang diajak main ke rumah bapak, lalu main bersama. Jika anak berhasil berteman, berikan pujian pada anak, katakan padanya bahwa bapak bangga anaknya berani. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Anak CI/BI

Dear Ibu Nurul,
Sekilas saya sudah membaca website Konsultasi Anak yang Ibu asuh. Wah bagus sekali ya semua informasi yang ada didalam website tersebut. Tapi belum lihat banyak, karena harus mencuri-curi waktu disela-sela pekerjaan kantor yang hectic.
Saya memiliki 2 orang anak laki-laki & perempuan. Yang besar perempuan berusia 4 tahun 2 bulan dan yang kecil laki-laki berusia 2 tahun 3 bulan. Saya dan suami bekerja dan kami tiba dirumah sekitar pukul 7 malam. Sepulang kerja kami selalu menghabiskan waktu bersama anak-anak sampai saat menjelang tidur.
Yang ingin saya tanyakan adalah sbb:
1. Bagaimana caranya mengenali/mengetahui apakah seorang anak memiliki kemampuan Cerdas Istimewa atau Bakat Istimewa?
2. Menurut informasi yang pernah saya baca, anak yang memiliki bakat CI/BI memiliki IQ diatas 125, pertanyaan saya kapan sebaiknya dilakukan test IQ? Apakah Ibu memiliki rekomendasi dimana pelaksanaan test IQ untuk anak sebaiknya dilakukan?
3. Apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan anak? Benarkah faktor keturunan dari orang tua juga berpengaruh? Apakah susu formula tertentu dapat mempengaruhi tingkat kecerdasa anak?
4. Anak saya yang berusia 4 tahun memiliki sifat yang cenderung tidak suka bergaul dengan teman-teman disekolahnya. Dia lebih suka memperhatikan teman-temannya bermain ketimbang berbaur dengan mereka, bagaimana mengatasi supaya anak mau berbaur dengan teman-temannya? Dia juga tidak suka diatur misalnya dalam hal berpakaian, sementara anak seusianya dapat menerima/menuruti pakaian apa yang harus dikenakan setelah mandi. Sementara anak saya lebih suka memilih pakaiannya sendiri.
Mohon saran dan masukannya.
Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Regards,
Sri

Terima kasih pertanyaannya. Ibu, untuk mengetahui anak yang memiliki bakat istimewa tentunya perlu pemeriksaan lebih lanjut dari Psikolog Anak. Jika ibu tinggal di Jabodetabek, ibu bisa melakukan tes di klinik psikologi RSIA Harapan Kita, atau di Lembaga Psikologi Terapan UI di Kampus UI Salemba, atau jika ibu tinggal di luar Jabodetabek, bisa berkonsultasi dengan Psikolog sekolah. Mengenai faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak, adalah gabungan antara faktor keturunan dan stimulasi lingkungan, terlebih pada 5 tahun pertama usia anak. Sedangkan mengenai produk susu yang katanya bisa membuat anak cerdas, saya pikir itu semua kembali ke orang tua, apakah orang tua percaya atau tidak?. Tapi menurut saya, sehebat dan semahal apapun susu, jika anak tidak diberi rangsang yang optimal dari lingkungan, susu itu tidak memberi nilai. Lalu mengenai putri ibu yang tidak mau bergaul dengan teman sekolah, coba tanya kenapa ia tidak mau bergaul, ada apa? Apakah di tempat lain juga seperti itu? misal saat ada acara keluarga?. Kemudian dia tidak mau diatur. Ibu, coba hargai ide/pilihan anak. Misal saat berpakaian, jika yang ia gunakan itu pantas dan sesuai dengan peruntukkannya, biarkan ia memilih. Tanyakan pada anak apa alasannya memilih pakaian tersebut?, dengarkan. Coba sesekali buat janji dengan anak, misal hari ini ibu yang menentukan, besok dia yang menentukan. Lalu katakan juga pada anak, mengapa ibu menginginkan dia memakai pakaian sesuai keinginan ibu. Jelaskan dengan bahasa yang singkat dan jelas. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Perilaku Anak


Dear Mbak Nurul

Saya punya seorang anak laki umur 3 tahun 6 bulan, berat badan 38 Kg, tinggi badan 110 cm, sekarang anak saya sudah masuk sekolah playgroup.

Dimana dalam perkembangan anak saya sangat menyenangkan diantaranya sudah bisa menyanyi, berdoa (walapun pengucapan katanya belum jelas) dan yang tidak disangka anak saya sudah bisa naik sepeda roda dua.

Tapi dari sekian perkembangan anak saya yang menyenangkan, perilaku anak saya mulai mengesalkan seperti ;

1. Tidak bisa diatur,

2. Suka main sendiri

3. Tidak pernah diam (diamnya kalau lagi mau tidur atau sedang tidur),

4. Kalau sudah kesal (bosan) anak saya suka mukulin sama orang yang disebelahnya dan suka melempari mainan,

5. Setiap habis main mainan tidak mau dia beresin.

6. dan lain2

Perilaku yang mengesalkan ini, dilakukan baik disekolah maupun di luar rumah dan kalau diajak jalan-jalan ke Mall yang dicari pasti mainan dan kalau tidak dibeliin, anak saya pakai "sejata pamungkas" yaitu nangis.

Kalau disekolah anak saya hanya mau duduk sebentar terus main (tidak pernah diam) dan keluar kelas datang ke kantin.

NB : Saya dan istri bekerja di swasta, berangkat pagi pulang malam dimana istri saya sudah kewalahan atasi perilakunya. Dimana kami punya waktu penuh untuk anak yaitu pada hari Sabtu dan Minggu sedang hari senin-jumat sama kakek/nenek dan pembantu, termasuk saat sekolah diatar sama kakek/nenek dan pembantu.

Mohon kasih penjelasan langkah apa yang terbaik yang harus saya lakukan untuk ngatasi sejak dini mengenai perilaku anak saya seperti ini, k arena saya tidak menginginkan dalam mendidik anak saya dengan kekerasan fisik .

Trima kasih,

Hartono


Terima kasih pada bapak yang memberikan perhatian pada perkembangan anaknya. Bapak, anak usia 3 tahun pada beberapa orang memang sering menganggap usia yang sulit, atau seperti keras kepala. Karena satu sisi anak ini ingin menunjukkan kemandirian dalam bertindak, tetapi di sisi yang lain anak ini harus sesuai dengan keinginan figur otoritasnya (orang tua) atau lingkungan. Yang ingin saya tanyakan adalah, selama anak ini diasuh oleh kakek/nenek/pengasuh, bagaimana pola pengasuhan mereka? Apakah serba dituruti atau dilayani? Dan bagaimana pula pengasuhan bapak/ibu? Mengenai putra bapak yang suka main sendiri, apakah anak tidak dibiasakan untuk bergaul dengan anak sebayanya? Lalu, bagaimana yang dimaksud 'tidak pernah diam'? Apakah tidak diamnya ini melakukan hal-hal yang produktif (aktif) atau malah melakukan hal-hal yang mengganggu/merusak orang/benda yang ada disekitarnya? Kemudian ketika anak tidak mau merapikan mainan, apakah orang tua/pengasuh memberi contoh/dilakukan secara bersama-sama dan apakah anak diberi pujian/pelukan ketika pernah merapikan mainan?. Bapak, mengenai 'senjata pamungkas' yaitu menangis ketika tidak diberikan mainan, apakah bapak/pengasuh pernah janji akan membelikan mainan, tapi ternyata tidak dipenuhi? Apakah ketika anak menginginkan sesuatu, lalu kita mengatakan tidak, kemudian anak menangis, lalu bapak memenuhi keinginan anak tersebut?. Selanjutnya adalah anak bapak yang duduk sebentar saja di sekolah. Apakah ini hanya terjadi di sekolah saja atau di tempat lain? Apakah guru mengajarkan disiplin bagi semua anak? Apakah ketika anak berbuat salah guru memberi peringatan, dan ketika anak berbuat sesuai aturan, guru memberi pujian untuk anak?. Bapak, inti pengasuhan anak adalah adanya kesamaan pola asuh antara orang-orang yang terlibat dalam pengasuhan anak,seimbang dan konsisten antara memberi pujian dan sanksi, memberikan tanggung jawab pada anak sesuai kemampuannya, dan contoh yang baik dari orang yang ada di sekitar anak. Demikian jawaban saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Saturday, February 14, 2009

Cara mendidik anak yang punya keinginan kuat

Dear ibu nurul yg baik,
Saya mempunyai seorang anak laki-laki berusia 2 tahun. Anak saya enerjik, cepat belajar, periang, dan selalu menirukan apa yang dilakukan orantuanya. Akhir2 ini saya mempunyai masalah jika anak saya sudah mempunyai keinginan, kalau tidak dituruti akan menangis histeris sampai keinginannya dipenuhi. Saya sudah mencoba memberi pengertian bahwa yang diinginkannya tidak baik, sambil memberi analogi2 yg mudah dimengerti oleh anak saya. Pernah saya mencoba kasih pengertian tidak berhasil kemudian saya diamkan saja saat anak saya ingin mengambil sapu tapi ga sampai. anak saya menangis histeris sampai kurang lebih 1 jam. Akhirnya dia memeluk saya. Dihari berikutnya dia tahu kalau tidak boleh bermain sapu. Saya jelasin kalau sapu itu kotor nanti ade masuk rumah sakit lagi. Pertanyaan saya, bagaimana memberi pengertian kepada anak dengan baik tanpa membuat anak saya menangis dampai serak seperti diatas?

Trima kasih
Dini - Bekasi

Terima kasih atas kepercayaannya pada saya. Ibu, anak usia 2 tahun memang sedang menunjukkan otonomi dia, maksudanya dia mulai mampu melakukan dan menunjukan pada figur otoritas (orang tua) apa yang diinginkan dan apa yang dapat dilakukan sendiri olehnya. Yang ingin saya tanyakan adalah keinginan seperti apa yang diinginkan oleh putra ibu? Apakah keinginan tersebut membahayakan dirinya atau orang disekitar?Apakah ibu/pengasuh mempunyai kebiasaan selalu mengikuti keinginan anak, lalu ketika tidak dituruti ia menangis kemudian ibu mengikuti keinginannya?Menurut saya, jika keinginan tersebut tidak berbahaya, biarkan ia memenuhi hasrat ingin tahunya. Tetapi jika keinginannya berbahaya, lebih baik alihkan anak ke objek lain yang lebih menarik. Jika anak menangis, tenangkan dia, peluk dengan sepenuh hati. Demikian jawaban dari saya, semoga bermanfaat.

Saturday, December 20, 2008

Minta tolong konsultasi

Saya seorang ibu rumah tangga, suami saya seorang wiraswasta, jadi dalam 1 hari kami selalu bertemu juga dengan anak-anak kami karena pekerjaan kami di rumah. Saya mempunyai 2 orang anak perempuan, yang pertama berumur 5 tahun dan yang kedua berumur 1 tahun. Yang ingin saya konsultasikan adalah mengenai anak saya yang pertama. Anak saya yang pertama sejak bayi mengalami gangguan tidur dan makan. Dia tidak minum asi. Jam tidurnya rata-rata dimulai pukul 12 ke atas, padahal dia tidak pernah tidur siang. Dulu juga pernah kami atur jam tidurnya dengan cara dibangunkan jam 7 dan dipaksa tidur siang jam 2 - 3 sehingga jam tidur malam bisa sekitar jam 10-11, tapi tidak berlangsung lama karena susah sekali membangunkan dan menidurkannya. Pernah dia tidur jam 5 sore dan bangun jam 7 malam terus sampai pagi tidak tidur lagi sampai malam. Jam tidurnya mulai berubah sejak kelahiran adiknya (baru 1 tahun ini) . Dia bisa tidur jam 9 malam. Anak saya ini mempunyai ketakutan terhadap lingkungannya . Jadi dimanapun dia berada dia tidak bisa menikmati suasana bermain, karena kadang menangis sendiri, kalau saya tanya dia menjawab takut sama papanya si D , besoknya lagi takut sama temannya si A. Dia juga mempunyai trauma sama ayam dan burung karena pernah kaget tantenya berteriak waktu ada ayam masuk ke toko. Jadi kalau saya ajak jalan-2 dia jadi sibuk melirik ke kanan dan ke kiri takut kalau ada ayam. Kalau naik motor juga tidak mau , maunya naik mobil. Anak saya ini juga ada keterlambatan berbicara, baru umur 4 tahun ke atas lancar berbicara. Jadi Bu, saya sekarang ini sedang bingung soalnya sekarang juga tidak mau sekolah , kalau pagi pasti bertengkar dulu baru mau berangkat. Dulu waktu playgroup dia bisa menikmati sekolah , sekarang waktu tk a dia sama sekali tidak bisa menikmati. Seluruh kegiatan ekskul juga saya hentikan karena saya takut kalau dia tidak senang malah tambah stress. Kalau saya tanya jawabannya juga begitu takut sama papanya temannya. Bu , apakah anak saya ini ada kelainan ? Padahal kalau bermain dengan pembantu di rumah dan sepupunya dia senang sekali . SAya sampai bingung soalnya akhir-2 ini jadi pemarah dan tdk bisa dibilangi serta suka membantah. Anak saya juga punya riwayat alergi pernapasan pada tahun 2007 bulan Juni dan baru membaik sekarang ini. Tapi untuk pertumbuhan badan dia normal (beratnya 20kg) , bisa mewarna dan menulis huruf a-z.
Minta tolong dijawab Bu.
ATas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.

Jawab:
Ibu, terima kasih perhatiannya. Bu, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan mengenai "gangguan tidur" pada anak. 1) Mulai usia berapa ibu merasakan "gangguan tidur" pada anak? Bagaimana dengan jadwal tidur anggota keluarga lainnya? Apakah anggota keluarga tidur di atas jam 12 malam, mengingat ibu & bapak berwiraswasta di rumah? Lalu, setelah adik bayi lahir anak pertama ibu "bisa tidur teratur". Apakah karena melihat adik bayi tidur, dia ikut tidur? 2) Selanjutnya tentang "ketakutan pada lingkungan". Apakah ibu/anggota keluarga terkadang menakut-nakuti anak pada satu objek tertentu? Apakah ibu/anggota keluarga sering mengajak anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar? Pernahkah ibu mengamati bagaimana anak bermain dengan teman di lingkungan rumah? Pernahkah ibu mengamati bagaimana perlakuan orang lain terhadap anak ibu ketika bermain? Pernahkah ibu bertanya, hal apa dari seseorang yang membuat anak "takut" terhadapnya, misal: suara, atau badan, dll. 3) Mengenai anak yang "tidak mau naik motor". Pernahkah ibu bertanya pada anak, mengapa ia tidak mau naik motor? Apakah anak juga takut naik tangga atau takut terhadap ketinggian? Maukah anak naik sepeda roda 4 atau roda 2? Jika anak mengalami masalah dengan ketinggian atau masalah dengan aktivitas yang memerlukan keseimbangan, mungkin anak ibu membutuhkan beberapa terapi. Silakan konsultasi pada dokter spesialis anak bagian tumbuh kembang yang ada di kota ibu berdomisili 4) Mengenai anak yang "pemarah" dan "membantah", tanyakan pada anak, apa yang membuatnya marah? Pernahkah ibu meminta anak untuk melakukan suatu hal dengan cara membentak? Pernahkah ibu meminta anak untuk melakukan suatu hal sedangkan anak sedang mengerjakan hal lain yang belum diselesaikannya? Pernahkah ibu meminta anak mengerjakan suatu hal, padahal anak dalam keadaan lelah/capek?. 5) Selanjutnya "Anak yang tidak mau sekolah": Bagaimana hubungan ibu dengan pihak sekolah? Pernahkah ibu mengamati kegiatan anak selama di sekolah? Pernahkah ibu bertanya kepada guru mengenai perkembangan perilaku atau akademik anak/anak yang lain? Tanyakan pada anak, apa yang membuat dia takut/tidak mau sekolah?. 6) Anak ibu pernah terlambat bicara. Kapan mulai terdeteksi? Apa yang ibu lakukan sehingga anak lancar berbicara? Apakah mengikuti terapi wicara?. Jadi, ketika anak kita mengalami masalah, tanyakan pada anak mengapa hal demikian bisa terjadi padanya? Lalu, ibu/bapak juga mengevaluasi kembali tentang pengasuhan pada anak, dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Ingat juga bu, jika bertanya atau memberikan nasihat pada anak, bicara dengan jelas, to the point, kalimat positif, lemah lembut, mau menyimak cerita anak, dan seimbangkan memberi hadiah/pujian dan "hukuman" pada segala hal yang telah diperbuat oleh anak. Jika demikian, semoga masalah dapat teratasi. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA.

Friday, December 19, 2008

Anakku takut berjalan

Ass. Selamat Siang.
Saya ayah dari Fio ( 9 bln ). Pada usia 7 bln anak saya sudah minta di titah ( berjalan dengan bantuan tangan) tetapi Fio tdk bisa merangkak. Kalau di lihat dari perkembangannya semestinya sekarang udah bisa terantanan. Tetapi tidak begitu keadaannya, sekarng masih titah terus dan Fio takut klo diajari terantanan. Dan pada waktu dia duduk sendiri, Fio inginnya selalu ada orang di sampingnya. Pernah saya ajari terantanan di kursi, tetapi Fio selalu ingin meraih tangan saya kalau tangan saya lepas dan tidak mau pegangan kursi, sepertinya Fio udah mengerti kalau takut jatuh. Bagaimana cara mengajari Fio biar bisa jalan, mengingat kalau belajar terantanan aja takut dan selau pegangan tangan saya serta pada usianya akan bertambah maka semakin bertambah mengerti kalau takut jatuh. Apakah yang dialami anak saya itu normal? Terima kasih atas perhatian dan bantuannya

Jawab:
Terimakasih pertanyaannya. Wah...saya kagum dengan para ayah yang mengamati perkembangan anaknya. Pak, perkembangan motorik kasar pada anak-anak ada patokannya. Misal: tengkurap usia 4 bulan, duduk usia 6-7 bulan, merangkak usia 8-10 bulan, dan berjalan pada usia 9-15 bulan. Jika anak-anak belum mencapai perkembangan motorik kasar pada patokan usia tersebut, mungkin ada masalah, dan perlu pemeriksaan lebih lanjut pada dokter spesialis anak bagian tumbuh kembang yang ada di kota bapak berdomisili. Perkembangan motorik anak juga tergantung gizi anak, keturunan, rangsangan dari lingkungan, dan kepercayaan diri anak. Anak bapak tidak mengalami merangkak. Apakah ia mengesot? Atau bagaimana? Perlu diketahui, bahwa anak-anak yang tidak mengalami merangkak, biasanya ada masalah di kemudian hari, misal masalah dalam hal keruangan (spasial) atau saat menulis mengalami kesulitan dalam membentuk tulisan. Menurut saya, anak bapak perlu mengikuti terapi SI (Sensori Integrasi). Silakan menghubungi klinik/pusat terapi yang ada di kota bapak. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Sunday, November 30, 2008

Ada apa dengan anakku?

selamat pagi bu.
Bu ...anak saya 5 tahun , sudah masuk tk , kebetulan saya dan bapaknya bekerja di luar kota dan meninggalkan anak saya dlm asuhan nenek dan budenya di kampung . yang membuat saya bingung , resah dan kadang merasa bersalah , pola dan tingkah laku anak saya berubah , menjadi manja, pendiam , dan jarang mau bicara bila saya atau bapaknya telphon . dan yang membuat saya bingung lagi , akhir - akhir ini di sekolahnya terlihat bandel , suka bercanda , dan bertingkah semaunya sendiri tidak takut sama gurunya .
bu... apakah masih di ambang perilaku yang normal kelakuan anak saya tersebut , dan bagaimana solusinya agar anak saya bisa kembali menjadi anak yang penurut seperti semasa dalam asuhan saya ?
apakah ada pola asuh yang salah , mengingat dia selalu dimanjakan oleh nenek nya ?
Trimakasih atas jawabannya.

Jawab:
Ibu yang sedang resah, sebelumnya saya mau tanya dulu. Apa pertimbangan ibu & bapak menitipkan anak pada nenek/bude di kampung? Bagaimana sebelumnya pengasuhan ibu & bapak terhadap anak? Apakah ketika ibu & bapak menitipkan anak sudah dipikirkan keuntungan dan kerugiannya? Apakah ibu & bapak mengkomunikasikan pada nenek tentang harapan ibu terhadap anak yang diasuh oleh keluarga di kampung? Bagaimana hubungan bapak/ibu dengan ibu/mertua/bude di kampung? Menurut ibu, bagaimana nenek "memanjakan" anak ibu? Apakah ibu pernah bertanya pada nenek, mengapa pengasuhannya demikian? Dan pernahkah ibu mengatakan pada nenek/bude tanpa membuat mereka merasa digurui, bahwa mengasuh yang baik seperti apa? Bagaimana hubungan ibu/mertua/bude dengan pihak sekolah? Baik, apapun jawabannya, dalam mengasuh anak sebaiknya ada kesamaan pola asuh antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak (ada kerja sama antara ibu, bapak, nenek, kakek, bude, pengasuh, guru, dll). Anak yang diasuh dalam pola yang berbeda, maka anak cenderung akan memilih pola asuh yang disukainya saja atau yang menguntungkan si anak saja. Bisa juga menjadi anak yang semaunya sendiri. Sejak dini anak harus diberi tahu mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk, dan setiap perilaku yang baik akan mendapatkan "hadiah" dan perilaku yang buruk akan mendapatkan "hukuman". Tidak ada kata terlambat dalam mengubah perilaku anak jika orang tua ingin anaknya berperilaku seperti norma yang berlaku di masyarakat. Kuncinya adalah komunikasi yang sehat antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak, kesamaan pola pengasuhan antara pihak-pihak yang terlibat. Semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Tuesday, November 18, 2008

Masalahku Sangat Penting...


Assalamu Alaikum, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu karena berkenan membantu masalah yang saya hadapi. Saya (usia 30 Tahun) berprofesi sebagai guru PNS, Istri (usia 26 tahun) berprofesi sebagai guru wiyata SD, anak saya yang pertama dan yang ke dua adalah laki-laki, saat ditinggal mati ibunya (tahun 2004), anak saya berusia 8 bulan, sejak saat itu sampai hampir dua tahun lebih pengasuhan selalu bersama saya (bapaknya) debantu oleh kedua orang tua saya dan mantan mertua saya, tetapi waktu untuk anak lebih banyak bersama saya dan orang tua kandung saya. Karena saya bekerja dari jam 07.00 – 13.15 WIB terkadang sampai jam 16.00 WIB (khusus senin dan selasa), sehingga selama saya di kantor, anak dirawat oleh orang tua saya. Menurut saya perlakuan pengasuhan sama seperti pengasuhan anak pada umumnya. Saat itu saya berfikir bahwa mumpung anak saya masih kecil saya mau mencarikan ibu untuk anakku dan kehidupanku pribadi dengan persepsi bahwa interaksi antara anak dan ibu sambung sejak usia dini memungkinkan peluang hubungan yang harmonis antara ibu sambung dan anak tirinya, harapannya tidak muncul pertentangan antara keduanya saat setelah anak dewasa. Saya menikah lagi pada tahun 2006) dengan seorang gadis. Diawal-awal pernikahan tidak muncul permasalahan, lambat laun masalah mulai bermunculan, pengasuhan dari mantan mertua terkadang kami anggap salah dan tidak sesuai dengan tujuan kami semula (yaitu mendekatkan anak dengan ibu sambungnya). Dalam pengasuhannya, mantan mertua dan keluarganya selalu mengenalkan ibu kadungnya sejak anak masih dini selain itu selalu memenuhi keinginan anak apa saja yang diinginkan sehingga saat pulang dirumah bersama kami anak menentang bila hal tersebut dilarang atau tidak bolah, padahal menurut saya agar anak tahu mana yang salah dan yang benar, sehingga memunculkan perasaan anak yang berbeda kepada ibu sambungnya dan cenderung menjauhi ibu sambungnya, hal ini membuat perasaan ibu sambung menjadi marah dan kurang simpaik kepada anak tirinya (perhatiannya menjadi berkurang). Akhirnya saya membatasi pengasuhan mantan mertua kepada anak saya, hal ini memunculkan masalah yang besar antara saya dengan mantan mertua saya hingga sekarang. Setelah pengasuhan mantan mertua kepada anak saya dibatasi, ternyata saya rasakan perhatian ibu sambungnya tidak membaik, sering marah-marah, menganggap anak tiriny bandel (kalau menurut saya anak saya bukan bandel tapi normalnya sifat anak-anak kadang nurut, kadang nakal, kadang menentang, kadang meledek, kadang bergurau, lompat-lompat dikursi, dan lain-lain, sebenarnya nanak tersebut tergolong pintar), kejengkelan ibu sambungnya bertambah dengan kebiasaan anak yang masih suka mengompol sampai sekarang (saat ini anak berusia 4,5 tahun, ini hal yang lumrah atau suatu penyakit saya kurang tahu). Istri saya (berusia 26 tahun) berprofesi sebagai guru wiyata SD, di sekolahnya kadang sering dimarahi kepala sekolah tugas disekolahanya dan sifat kepala sekolahnya yang kaku dan imbasnya dirumah sering marah-marah baik ke saya maupun kepada anak tirinya, apa yang dilakukan anak saya yang dirasa kurang cocok dihati dianggap salah (kelihatannya anak merasa serba salah juga, apa-apa salah)padahal sudah sering saya ingatkan bahwa sikap itu tidah benar. Sifat Istri saya pendiam dan kaku, jika saya mengingatkan tentang pola pengasuhannya yang kurang baik, malah saya dianggap membela si anak. Cara pendekatannya saya rasa kurang bahkan saya rasa tidak bisa, karena tidak mengikuti falsafah tarik ulur (yaitu kadang guyon, kadang ngobrol, kadang bercanda, kadang serius, kadang mengingatkan, kadang memberi sanksi dan lain-lain) itu semua kurang dilakukan, cenderung kaku, anak harus nurut sama ibunya. Beberapa hari ini dan bahkan semalam masalah membesar, istri saya berkeinginan untuk agar anak saya ikut simbahnya saja (orang tua saya, padahal usia sudah lanjut, saya khawatirnya pendidikannya terganggu, sekarang anak saya kalau pagi sekolah TK, kalau siang sekolah Al-Quran/TPQ). Tadi malam puncak masalahnya, saya diminta memilih kalau perhatian berat sama anak, dia minta dipulangkan dahulu ke orang tuanya, padahal saya tidak ingin ada yang dikorbankan baik anak saya atau istri beserta anak saya yang kedua, saat ini anak kedua saya (dari perkawinan kedua) berusia 6 bulan. Bagi saya anak adalah amanah yang harus dijaga, baik anak pertama atau kedua walau beda ibu. Mohon bantuannya, jika diperlukan informasi lain saya akan menyampaikannya lebih lanjut, terimakasih sebanyak-banyaknya atas bantuannya, saya berharap rumah tangga saya tidak berakhir tragis, perceraian). Wassalam.

Jawab:

Pak Guru yang sedang gelisah, mohon tenang ya dengan masalah yang sedang dihadapi. Mudah-mudahan murid-murid bapak tidak terkena imbasnya juga. Pak, kalau saya perhatikan masalah yang sedang bapak hadapi adalah masalah hubungan dengan: (1). Masalah dengan mantan mertua terkait dengan pola pengasuhan yang berbeda antara bapak dengan mantan mertua. Memang pak, nenek/kakek itu cenderung memanjakan cucunya, apalagi mantan mertua mungkin merasa ibu kandung si anak tidak ada, padahal tanpa disadari nenek/kakek justru memanjakan anak itu tidak baik. Mengenai hal ini, lebih baik bapak bicarakan hal pengasuhan dengan mertua secara baik-baik agar mertua tidak tersinggung dan tidak merasa digurui. Utarakan pada beliau apa yang bapak harapkan dari anak bapak. Atau jika memungkin anak bapak berkunjung ke rumah mertua saat hari libur saja. O ya pak, bagaimana dengan pengasuhan putra bapak yang berusia 6 bulan? mengingat istri bapak juga bekerja sebagai guru? (2) Masalah dengan istri yang merasa "bapak lebih membela anak tirinya", katakan dengan lemah lembut pada istri bahwa bapak menyayanginya. Seorang istri yang mempunyai perasaan demikian biasanya dalam keadaan lelah fisik dan emosi, lelah fisik karena pekerjaan di sekolah dan mengurus anak di rumah, belum lagi sifat kepala sekolah yang kurang kooperatif. Katakan pada istri bapak, jika mempunyai masalah di pekerjaan lebih baik katakan dan diskusikan, karena dengan berdiskusi, pasti ada jalan keluar, dan ketika berdiskusi pun pilih suasana yang menyenangkan, misal saat libur, saat santai, atau sehabis mandi. Biasakan pada istri untuk mengungkapkan perasaannya. Sesekali juga berikan pujian/kekaguman bapak pada istri, katakan bahwa bapak mengaguminya karena perhatian pada anak, tanggung jawab pada pekerjaan, dan istri menyamakan anak kandung dan anak tiri. Dengan begitu, istri merasa didukung secara emosional. Jika bapak melihat istri kurang baik dalam mengurus anak, katakan secara baik, lemah lembut dengan kalimat yang positif, juga berikan solusi, jangan hanya mengkritik saja. (3) Masalah dengan anak. Hati-hati dengan label "ANAK NAKAL". Terkadang orang tua melabel anaknya nakal, hanya karena lompat-lompat di kursi, mengganggu adiknya. Perlu diketahui bahwa anak-anak melakukan berbagai cara dalam menarik perhatian orang yang ada di sekitarnya. Mungkin selama ini bapak/istri kurang memberi perhatian pada anak, atau anak yang memiliki energi berlimpah sehingga anak mencari sarana penyaluran. Jika anak lompat-lompat di kursi, katakan: "Nak, berhenti" atau "Nak, turun". Lalu berikan anak kegiatan positif yang disukainya. Yang penting cara kita memberi perintah pada anak menggunakan kalimat yang POSITIF. Dalam mendidik anak, seimbangkan juga antara memberi hukuman dan pujian. Jika anak berhasil melakukan sesuai perintah, beri ia pujian/pelukan/makanan kesukaan. Jika dia melanggar aturan, misal tidak merapikan mainan/buku, beri dia hukuman (hindari hukuman fisik), misal dilarang nonton TV. Ingat pak, hidup ini adalah proses. Begitu juga dengan bapak, istri, anak, dan mantan mertua. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA.

Monday, November 17, 2008

Speech Delay karena Nonton TV...?


Selamat Sore Mbak Nurul

Saya dapat alamat email ini dari salanh seorang teman ,, saya mau minta bantuan informasi ..

Anak saya umur 23 bulan laki laki dah bisa jalan umur 15 bulan ,, 3 bulan lalu belum bisa bicara (waktu umur 20 bulan), tapi umur 6 - 9 bulan dah ngoceh kadang tapi gak jelas.. dia selalu nonton TV dan film2 education dari umur 5 bulan durasi nonton bisa 5 s.d 6 jam sehari ,,anaknya waktu nonton TV cuek,, dipanggil susah bener gak noleh. 3 bulan terakhir kita stop total TV dan stimulasi dengan cara mengucapkan kata kata setiap benda yang dipegangnya , terus gambar gambar binatang ,buah,dll..yang dulu gak pernah kita lakukan. Di bulan kedua dia mulai bisa mengungkapkan beberapa suku kata seperti ti (roti) , su (susu), gi(pergi), am ( mamam) ,dan ini diucapkan dengan melihat benda yang dituju atau situasi yg pas(mis bilang egi ketika mau diajak pergi). Bulan ketiga dia mulai bisa mengucapkan beberapa kata kata baru tapi mulai lengkap seperti api ketika mengambil kembang api , bilang dada sambil melambaikan tangan dan melihat orang yg dituju..dan juga mulai bisa menunjuk gambar buah atau binatang kalau kita tanyakan mis : saya buka buku gambar anggur dan pepaya terus tanya pepaya mana dia akan tunjuk , nunjuk gambar ini seringnya dia mau lakukan sambil minum susu..

Yg jadi masalah kalo dipanggil dia akan menoleh kalo ada maksud yg dituju dalam pamggilan , misnya kamu mau pergi ,atau kamu mau susu, maka dia akan langsung noleh dan nyamperin , tapi kalo cuma dipanggil namanya doang kadang noleh kadang gak ,, tapi kalo orang baru yg datang ke rumah manggil namanya di jalan atau datang ke rumah dia akan langsung lihat dan perhatikan org tsb sambil malu malu kadang ngumpet ngelirik lirik.

Instruksi yang kita minta sperti dada , kiss bye , salam , tos ,kasi bola ini ke mama , ke papa , ke oma, sering dilakukan sambil melihat orang dituju.. Kalo mau sesuatu masih menarik tangan orang utk meminta tapi sambil menatap , atau mengambilkan benda misalnya ambil gelas kasi susternya , minta diisikan air Tidak ada perilaku berulang ulang , aktif tapi tidak merusak , kalo berlari pasti ada benda yg dituju, mau disuruh duduk kalo diperlukan mis pada saat makan atau bermain, suka sekali dan melihat mata orang dengan berbinar binar dan tertawa kalo diajak menyanyi bahkan bisa mengikuti gerakan topi saya bundar walau kadang2 salah walaupun dia belum bisa mengikuti dengan suara.

Menurut mbak apakah speech delay anak saya perlu penanganan khusus atau ada gejala autis gak ?? karena selain kata kata yg sesuai konteks tadi dia juga banyak bahasa planetnya yg tidak kita mengerti, selain itu perhatiannya dalam bermain masih agak rentan , paling menghadapi suatu objek atau benda yg dia suka sekitar 3 menit paling lama ditinggal..kecuali mainan tertentu , contoh dia suka nyusun kotak sampai tinggi dengan berbagai variasi dan setelah dia melakukan dia tepuk tangan lihat ke kita seperti mengungkapakan keberhasilannya , tapi masih bisa dialihkan perhatiannya mis ada insert , kamu mau roti gak ? sambil dilihatkan roti dia akan langsung beralih nyamperin ambil kue tsb

Thanks atas jawabannya sebelumnya mbak

Hans

Pak Hans terima kasih atas pertanyaannya. Saya kagum dengan pengamatan bapak terhadap perkembangan anaknya secara detail. Pak, anak-anak itu dapat berbicara karena adanya rangsangan yang bersifat dua arah menggunakan satu bahasa yang konsisten, dan intelegensi anak. Berbicara pun ada tahapannya. Dimulai dari menangis, mengoceh, bicara satu kata, dan bicara kalimat. Umumnya pada usia 1,5 tahun anak sudah mampu mengucapkan satu kata dan mampu menunjuk benda yang diucapkannya. Speech delay bisa terjadi karena kurangnya rangsangan yang bersifat dua arah (misal, anak hanya nonton TV saja, jarang diajak ngobrol), bisa juga karena inkonsistensi bahasa yang digunakan sehari-hari (misal, TV edukasi berbahasa asing, sedangkan sehari-hari berbahasa Indonesia dengan angota keluarga/teman/tetangga), ada masalah di otak anak, sehingga area bicara di otak kurang berkembang (ini perlu pemeriksaan lebih lanjut dari dokter anak spesialisasi syaraf anak), atau ada ganguan pendengaran (perlu pemeriksaan lebih lanjut). Untuk mendiagnosa seorang anak terlambat bicara atau tidak, perlu pemeriksaan dahulu. Dan jika terbukti terlambat bicara harus dilakukan terapi wicara sesegera mungkin, karena 5 tahun pertama otak berkembang pesat dan diharapkan jika anak mengikuti terapi sejak dini maka perkembangannya pun akan menggembirakan. Pak Hans, anak yang mengalami autis biasanya diikuti dengan speech delay, tetapi, tidak semua anak yang speech delay mengalami autis. Autis ditandai dengan gangguan komunikasi (misal terlambat bicara), gangguan perilaku (misal hand flapping secara berlebih) dan ganguan sosialisasi (misal asyik bermain sendiri, tidak ada kontak mata). Jadi, menurut saya putra bapak lebih sering diajak ngobrol dengan satu bahasa yang konsisten, dan ketika bapak memanggilnya, pastikan dia tidak sedang asyik melakukan aktivitas yang disukainya dan hindari memanggil anak, hanya untuk "mengetes"dia menoleh atau tidak saat dipanggil. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Sharing & Solution for your Children's Problem...

A Tribute to BSD City

A Tribute to BSD City
Khusus Warga BSD City

Info & Consultation

www.konsultasianak.tk

Special Need Children

Special Need Children
Only for Special Mother...