Special for Baby...

Sunday, November 30, 2008

Ada apa dengan anakku?

selamat pagi bu.
Bu ...anak saya 5 tahun , sudah masuk tk , kebetulan saya dan bapaknya bekerja di luar kota dan meninggalkan anak saya dlm asuhan nenek dan budenya di kampung . yang membuat saya bingung , resah dan kadang merasa bersalah , pola dan tingkah laku anak saya berubah , menjadi manja, pendiam , dan jarang mau bicara bila saya atau bapaknya telphon . dan yang membuat saya bingung lagi , akhir - akhir ini di sekolahnya terlihat bandel , suka bercanda , dan bertingkah semaunya sendiri tidak takut sama gurunya .
bu... apakah masih di ambang perilaku yang normal kelakuan anak saya tersebut , dan bagaimana solusinya agar anak saya bisa kembali menjadi anak yang penurut seperti semasa dalam asuhan saya ?
apakah ada pola asuh yang salah , mengingat dia selalu dimanjakan oleh nenek nya ?
Trimakasih atas jawabannya.

Jawab:
Ibu yang sedang resah, sebelumnya saya mau tanya dulu. Apa pertimbangan ibu & bapak menitipkan anak pada nenek/bude di kampung? Bagaimana sebelumnya pengasuhan ibu & bapak terhadap anak? Apakah ketika ibu & bapak menitipkan anak sudah dipikirkan keuntungan dan kerugiannya? Apakah ibu & bapak mengkomunikasikan pada nenek tentang harapan ibu terhadap anak yang diasuh oleh keluarga di kampung? Bagaimana hubungan bapak/ibu dengan ibu/mertua/bude di kampung? Menurut ibu, bagaimana nenek "memanjakan" anak ibu? Apakah ibu pernah bertanya pada nenek, mengapa pengasuhannya demikian? Dan pernahkah ibu mengatakan pada nenek/bude tanpa membuat mereka merasa digurui, bahwa mengasuh yang baik seperti apa? Bagaimana hubungan ibu/mertua/bude dengan pihak sekolah? Baik, apapun jawabannya, dalam mengasuh anak sebaiknya ada kesamaan pola asuh antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak (ada kerja sama antara ibu, bapak, nenek, kakek, bude, pengasuh, guru, dll). Anak yang diasuh dalam pola yang berbeda, maka anak cenderung akan memilih pola asuh yang disukainya saja atau yang menguntungkan si anak saja. Bisa juga menjadi anak yang semaunya sendiri. Sejak dini anak harus diberi tahu mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk, dan setiap perilaku yang baik akan mendapatkan "hadiah" dan perilaku yang buruk akan mendapatkan "hukuman". Tidak ada kata terlambat dalam mengubah perilaku anak jika orang tua ingin anaknya berperilaku seperti norma yang berlaku di masyarakat. Kuncinya adalah komunikasi yang sehat antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak, kesamaan pola pengasuhan antara pihak-pihak yang terlibat. Semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Tuesday, November 18, 2008

Masalahku Sangat Penting...


Assalamu Alaikum, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu karena berkenan membantu masalah yang saya hadapi. Saya (usia 30 Tahun) berprofesi sebagai guru PNS, Istri (usia 26 tahun) berprofesi sebagai guru wiyata SD, anak saya yang pertama dan yang ke dua adalah laki-laki, saat ditinggal mati ibunya (tahun 2004), anak saya berusia 8 bulan, sejak saat itu sampai hampir dua tahun lebih pengasuhan selalu bersama saya (bapaknya) debantu oleh kedua orang tua saya dan mantan mertua saya, tetapi waktu untuk anak lebih banyak bersama saya dan orang tua kandung saya. Karena saya bekerja dari jam 07.00 – 13.15 WIB terkadang sampai jam 16.00 WIB (khusus senin dan selasa), sehingga selama saya di kantor, anak dirawat oleh orang tua saya. Menurut saya perlakuan pengasuhan sama seperti pengasuhan anak pada umumnya. Saat itu saya berfikir bahwa mumpung anak saya masih kecil saya mau mencarikan ibu untuk anakku dan kehidupanku pribadi dengan persepsi bahwa interaksi antara anak dan ibu sambung sejak usia dini memungkinkan peluang hubungan yang harmonis antara ibu sambung dan anak tirinya, harapannya tidak muncul pertentangan antara keduanya saat setelah anak dewasa. Saya menikah lagi pada tahun 2006) dengan seorang gadis. Diawal-awal pernikahan tidak muncul permasalahan, lambat laun masalah mulai bermunculan, pengasuhan dari mantan mertua terkadang kami anggap salah dan tidak sesuai dengan tujuan kami semula (yaitu mendekatkan anak dengan ibu sambungnya). Dalam pengasuhannya, mantan mertua dan keluarganya selalu mengenalkan ibu kadungnya sejak anak masih dini selain itu selalu memenuhi keinginan anak apa saja yang diinginkan sehingga saat pulang dirumah bersama kami anak menentang bila hal tersebut dilarang atau tidak bolah, padahal menurut saya agar anak tahu mana yang salah dan yang benar, sehingga memunculkan perasaan anak yang berbeda kepada ibu sambungnya dan cenderung menjauhi ibu sambungnya, hal ini membuat perasaan ibu sambung menjadi marah dan kurang simpaik kepada anak tirinya (perhatiannya menjadi berkurang). Akhirnya saya membatasi pengasuhan mantan mertua kepada anak saya, hal ini memunculkan masalah yang besar antara saya dengan mantan mertua saya hingga sekarang. Setelah pengasuhan mantan mertua kepada anak saya dibatasi, ternyata saya rasakan perhatian ibu sambungnya tidak membaik, sering marah-marah, menganggap anak tiriny bandel (kalau menurut saya anak saya bukan bandel tapi normalnya sifat anak-anak kadang nurut, kadang nakal, kadang menentang, kadang meledek, kadang bergurau, lompat-lompat dikursi, dan lain-lain, sebenarnya nanak tersebut tergolong pintar), kejengkelan ibu sambungnya bertambah dengan kebiasaan anak yang masih suka mengompol sampai sekarang (saat ini anak berusia 4,5 tahun, ini hal yang lumrah atau suatu penyakit saya kurang tahu). Istri saya (berusia 26 tahun) berprofesi sebagai guru wiyata SD, di sekolahnya kadang sering dimarahi kepala sekolah tugas disekolahanya dan sifat kepala sekolahnya yang kaku dan imbasnya dirumah sering marah-marah baik ke saya maupun kepada anak tirinya, apa yang dilakukan anak saya yang dirasa kurang cocok dihati dianggap salah (kelihatannya anak merasa serba salah juga, apa-apa salah)padahal sudah sering saya ingatkan bahwa sikap itu tidah benar. Sifat Istri saya pendiam dan kaku, jika saya mengingatkan tentang pola pengasuhannya yang kurang baik, malah saya dianggap membela si anak. Cara pendekatannya saya rasa kurang bahkan saya rasa tidak bisa, karena tidak mengikuti falsafah tarik ulur (yaitu kadang guyon, kadang ngobrol, kadang bercanda, kadang serius, kadang mengingatkan, kadang memberi sanksi dan lain-lain) itu semua kurang dilakukan, cenderung kaku, anak harus nurut sama ibunya. Beberapa hari ini dan bahkan semalam masalah membesar, istri saya berkeinginan untuk agar anak saya ikut simbahnya saja (orang tua saya, padahal usia sudah lanjut, saya khawatirnya pendidikannya terganggu, sekarang anak saya kalau pagi sekolah TK, kalau siang sekolah Al-Quran/TPQ). Tadi malam puncak masalahnya, saya diminta memilih kalau perhatian berat sama anak, dia minta dipulangkan dahulu ke orang tuanya, padahal saya tidak ingin ada yang dikorbankan baik anak saya atau istri beserta anak saya yang kedua, saat ini anak kedua saya (dari perkawinan kedua) berusia 6 bulan. Bagi saya anak adalah amanah yang harus dijaga, baik anak pertama atau kedua walau beda ibu. Mohon bantuannya, jika diperlukan informasi lain saya akan menyampaikannya lebih lanjut, terimakasih sebanyak-banyaknya atas bantuannya, saya berharap rumah tangga saya tidak berakhir tragis, perceraian). Wassalam.

Jawab:

Pak Guru yang sedang gelisah, mohon tenang ya dengan masalah yang sedang dihadapi. Mudah-mudahan murid-murid bapak tidak terkena imbasnya juga. Pak, kalau saya perhatikan masalah yang sedang bapak hadapi adalah masalah hubungan dengan: (1). Masalah dengan mantan mertua terkait dengan pola pengasuhan yang berbeda antara bapak dengan mantan mertua. Memang pak, nenek/kakek itu cenderung memanjakan cucunya, apalagi mantan mertua mungkin merasa ibu kandung si anak tidak ada, padahal tanpa disadari nenek/kakek justru memanjakan anak itu tidak baik. Mengenai hal ini, lebih baik bapak bicarakan hal pengasuhan dengan mertua secara baik-baik agar mertua tidak tersinggung dan tidak merasa digurui. Utarakan pada beliau apa yang bapak harapkan dari anak bapak. Atau jika memungkin anak bapak berkunjung ke rumah mertua saat hari libur saja. O ya pak, bagaimana dengan pengasuhan putra bapak yang berusia 6 bulan? mengingat istri bapak juga bekerja sebagai guru? (2) Masalah dengan istri yang merasa "bapak lebih membela anak tirinya", katakan dengan lemah lembut pada istri bahwa bapak menyayanginya. Seorang istri yang mempunyai perasaan demikian biasanya dalam keadaan lelah fisik dan emosi, lelah fisik karena pekerjaan di sekolah dan mengurus anak di rumah, belum lagi sifat kepala sekolah yang kurang kooperatif. Katakan pada istri bapak, jika mempunyai masalah di pekerjaan lebih baik katakan dan diskusikan, karena dengan berdiskusi, pasti ada jalan keluar, dan ketika berdiskusi pun pilih suasana yang menyenangkan, misal saat libur, saat santai, atau sehabis mandi. Biasakan pada istri untuk mengungkapkan perasaannya. Sesekali juga berikan pujian/kekaguman bapak pada istri, katakan bahwa bapak mengaguminya karena perhatian pada anak, tanggung jawab pada pekerjaan, dan istri menyamakan anak kandung dan anak tiri. Dengan begitu, istri merasa didukung secara emosional. Jika bapak melihat istri kurang baik dalam mengurus anak, katakan secara baik, lemah lembut dengan kalimat yang positif, juga berikan solusi, jangan hanya mengkritik saja. (3) Masalah dengan anak. Hati-hati dengan label "ANAK NAKAL". Terkadang orang tua melabel anaknya nakal, hanya karena lompat-lompat di kursi, mengganggu adiknya. Perlu diketahui bahwa anak-anak melakukan berbagai cara dalam menarik perhatian orang yang ada di sekitarnya. Mungkin selama ini bapak/istri kurang memberi perhatian pada anak, atau anak yang memiliki energi berlimpah sehingga anak mencari sarana penyaluran. Jika anak lompat-lompat di kursi, katakan: "Nak, berhenti" atau "Nak, turun". Lalu berikan anak kegiatan positif yang disukainya. Yang penting cara kita memberi perintah pada anak menggunakan kalimat yang POSITIF. Dalam mendidik anak, seimbangkan juga antara memberi hukuman dan pujian. Jika anak berhasil melakukan sesuai perintah, beri ia pujian/pelukan/makanan kesukaan. Jika dia melanggar aturan, misal tidak merapikan mainan/buku, beri dia hukuman (hindari hukuman fisik), misal dilarang nonton TV. Ingat pak, hidup ini adalah proses. Begitu juga dengan bapak, istri, anak, dan mantan mertua. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA.

Monday, November 17, 2008

Speech Delay karena Nonton TV...?


Selamat Sore Mbak Nurul

Saya dapat alamat email ini dari salanh seorang teman ,, saya mau minta bantuan informasi ..

Anak saya umur 23 bulan laki laki dah bisa jalan umur 15 bulan ,, 3 bulan lalu belum bisa bicara (waktu umur 20 bulan), tapi umur 6 - 9 bulan dah ngoceh kadang tapi gak jelas.. dia selalu nonton TV dan film2 education dari umur 5 bulan durasi nonton bisa 5 s.d 6 jam sehari ,,anaknya waktu nonton TV cuek,, dipanggil susah bener gak noleh. 3 bulan terakhir kita stop total TV dan stimulasi dengan cara mengucapkan kata kata setiap benda yang dipegangnya , terus gambar gambar binatang ,buah,dll..yang dulu gak pernah kita lakukan. Di bulan kedua dia mulai bisa mengungkapkan beberapa suku kata seperti ti (roti) , su (susu), gi(pergi), am ( mamam) ,dan ini diucapkan dengan melihat benda yang dituju atau situasi yg pas(mis bilang egi ketika mau diajak pergi). Bulan ketiga dia mulai bisa mengucapkan beberapa kata kata baru tapi mulai lengkap seperti api ketika mengambil kembang api , bilang dada sambil melambaikan tangan dan melihat orang yg dituju..dan juga mulai bisa menunjuk gambar buah atau binatang kalau kita tanyakan mis : saya buka buku gambar anggur dan pepaya terus tanya pepaya mana dia akan tunjuk , nunjuk gambar ini seringnya dia mau lakukan sambil minum susu..

Yg jadi masalah kalo dipanggil dia akan menoleh kalo ada maksud yg dituju dalam pamggilan , misnya kamu mau pergi ,atau kamu mau susu, maka dia akan langsung noleh dan nyamperin , tapi kalo cuma dipanggil namanya doang kadang noleh kadang gak ,, tapi kalo orang baru yg datang ke rumah manggil namanya di jalan atau datang ke rumah dia akan langsung lihat dan perhatikan org tsb sambil malu malu kadang ngumpet ngelirik lirik.

Instruksi yang kita minta sperti dada , kiss bye , salam , tos ,kasi bola ini ke mama , ke papa , ke oma, sering dilakukan sambil melihat orang dituju.. Kalo mau sesuatu masih menarik tangan orang utk meminta tapi sambil menatap , atau mengambilkan benda misalnya ambil gelas kasi susternya , minta diisikan air Tidak ada perilaku berulang ulang , aktif tapi tidak merusak , kalo berlari pasti ada benda yg dituju, mau disuruh duduk kalo diperlukan mis pada saat makan atau bermain, suka sekali dan melihat mata orang dengan berbinar binar dan tertawa kalo diajak menyanyi bahkan bisa mengikuti gerakan topi saya bundar walau kadang2 salah walaupun dia belum bisa mengikuti dengan suara.

Menurut mbak apakah speech delay anak saya perlu penanganan khusus atau ada gejala autis gak ?? karena selain kata kata yg sesuai konteks tadi dia juga banyak bahasa planetnya yg tidak kita mengerti, selain itu perhatiannya dalam bermain masih agak rentan , paling menghadapi suatu objek atau benda yg dia suka sekitar 3 menit paling lama ditinggal..kecuali mainan tertentu , contoh dia suka nyusun kotak sampai tinggi dengan berbagai variasi dan setelah dia melakukan dia tepuk tangan lihat ke kita seperti mengungkapakan keberhasilannya , tapi masih bisa dialihkan perhatiannya mis ada insert , kamu mau roti gak ? sambil dilihatkan roti dia akan langsung beralih nyamperin ambil kue tsb

Thanks atas jawabannya sebelumnya mbak

Hans

Pak Hans terima kasih atas pertanyaannya. Saya kagum dengan pengamatan bapak terhadap perkembangan anaknya secara detail. Pak, anak-anak itu dapat berbicara karena adanya rangsangan yang bersifat dua arah menggunakan satu bahasa yang konsisten, dan intelegensi anak. Berbicara pun ada tahapannya. Dimulai dari menangis, mengoceh, bicara satu kata, dan bicara kalimat. Umumnya pada usia 1,5 tahun anak sudah mampu mengucapkan satu kata dan mampu menunjuk benda yang diucapkannya. Speech delay bisa terjadi karena kurangnya rangsangan yang bersifat dua arah (misal, anak hanya nonton TV saja, jarang diajak ngobrol), bisa juga karena inkonsistensi bahasa yang digunakan sehari-hari (misal, TV edukasi berbahasa asing, sedangkan sehari-hari berbahasa Indonesia dengan angota keluarga/teman/tetangga), ada masalah di otak anak, sehingga area bicara di otak kurang berkembang (ini perlu pemeriksaan lebih lanjut dari dokter anak spesialisasi syaraf anak), atau ada ganguan pendengaran (perlu pemeriksaan lebih lanjut). Untuk mendiagnosa seorang anak terlambat bicara atau tidak, perlu pemeriksaan dahulu. Dan jika terbukti terlambat bicara harus dilakukan terapi wicara sesegera mungkin, karena 5 tahun pertama otak berkembang pesat dan diharapkan jika anak mengikuti terapi sejak dini maka perkembangannya pun akan menggembirakan. Pak Hans, anak yang mengalami autis biasanya diikuti dengan speech delay, tetapi, tidak semua anak yang speech delay mengalami autis. Autis ditandai dengan gangguan komunikasi (misal terlambat bicara), gangguan perilaku (misal hand flapping secara berlebih) dan ganguan sosialisasi (misal asyik bermain sendiri, tidak ada kontak mata). Jadi, menurut saya putra bapak lebih sering diajak ngobrol dengan satu bahasa yang konsisten, dan ketika bapak memanggilnya, pastikan dia tidak sedang asyik melakukan aktivitas yang disukainya dan hindari memanggil anak, hanya untuk "mengetes"dia menoleh atau tidak saat dipanggil. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Thursday, November 13, 2008

Emosi Susah Dikendalikan

Salam,
Saya ayah dgn satu orang anak perempuan umur 4thn, saya dan istri bekerja. Belakangan ini anak kami seringkali mudah sekali terpancing emosinya, mudah marah dan kalau sudah marah emosinya susah di kendalikan seperti membanting pintu dan menyendiri sambil menjerit2 layaknya orang depresi namun terkadang diam saja saat sedang marah. Yang mau saya tanyakan :
1. Apakah anak kami benar depresi karena sering ditinggal kerja? Atau ada apakah dgn anak kami?
2. Bagaimana seharusnya kami bertindak agar anak kami emosinya dapat di kendalìkan?
3. Apakah anak kami kurang perhatian?
Terima kasih atas perhatiannya dan saran anda.
Kel Fang-Fang di tangerang

Jawab:
Terima kasih pertanyaannya. Bapak, anak usia 4 tahun umumnya mengalami emosi yang meledak-ledak seperti yang dialami oleh putri bapak. Ingat Pak, setiap anak mempunyai cara yang berbeda dalam mengekspresikan emosinya, dan ketika bapak/ibu menghadapi anak yang sedang marah, berusahalah tenang. Karena jika bapak/ibu juga marah, maka anak juga akan meniru perilaku orang tuanya. Coba tanyakan dengan tenang dan lembut pada anak, apa yang membuat dia marah? Yang penting adalah bapak/ibu mengetahui penyebabnya, entah itu penyebab yang bersumber dari rumah atau di luar rumah (misal di sekolah). Jika bersumber dari rumah, misal karena keinginan anak untuk bermain/interaksi dengan orang tua yang kurang karena kedua orang tua bekerja, maka bapak/ibu perlu meluangkan waktu lebih banyak bersama anak saat tidak bekerja. Jika bersumber dari sekolah, bapak/ibu perlu banyak berkomunikasi dengan pihak sekolah (guru, orang tua siswa yang lain). Jadi, berusahalah untuk tetap tenang ketika menghadapi anak yang sedang marah, karena seiring bertambahnya usia, anak juga akan semakin mampu mengontrol emosinya. Selamat mencoba sarannya, dan semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Sharing & Solution for your Children's Problem...

A Tribute to BSD City

A Tribute to BSD City
Khusus Warga BSD City

Info & Consultation

www.konsultasianak.tk

Special Need Children

Special Need Children
Only for Special Mother...